"Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, selain lapar dan dahaga", tandas Rosuulullooh dalam sebuah sabdanya. Itulah puasa ritual kita yang terputus dari jantung makna hakikinya. "Virus ritual an sich / ritual semata-mata" kerap menghinggapi diri kita akibat dogma ibadah yang salah kaprah: kita meyakini ibadah-ibadah ritual itu sebagai rentetan kegiatan tersendiri yang tidak ada hubungannya dengan tindak-tanduk perilaku
kita. Kita berpuasa, menahan diri dari haus dan lapar, tapi kita tetap rakus dengan iri hati, kesombongan dan kebencian. Di malam hari romadlon, kita pun rajin tadarrus, membaca ayat-ayat suci al-Qur'an dalam jumlah surat yang banyak, hanya karena kita yakin membacanya adalah ibadah, tanpa harus memahami maknanya yang potensial dapat memberikan dampak positif bagi perbuatan kita. Jika sudah demikian, maka membaca al-Qur'an sama persis artinya dengan mencari pahala semata-mata dan sebanyak-banyaknya, bukan mengingati dan memahami kembali petunjuk Ilahi yang memang semestinya harus dimengerti. Dalam berhaji, misalnya, kita pun lebih merindukan bisa melakukan ( simbol ) lempar jum'roh berkali-kali di Mina daripada mewujudkan arti simbolnya itu sendiri, yaitu: melempari atau menjauhkan perilaku-perilaku setan yang menghinggapi diri kita. Kultur keagamaan kita sudah sejak lama memang dogmatis-irrasional: menyukai status quo / kemapanan atau yang sedang mapan, dan sepertinya anti terhadap perubahan ke arah yang lebih baik. Seluruh ritual dalam syari'at agama kita memiliki maksud-maksud logis yang terkait dengan amaliyah atau perbuatan kita. Adalah sesuatu yang tidak benar bila kita menganggap ritual ibadah di satu pihak dan perbuatan kita di pihak lain. Ritual ibadah dan perbuatan kita merupakan sesuatu yang satu paket. Penilaian Tuhan terhadap kualitas ritual ibadah yang kita lakukan amatlah terkait erat dengan sikap dan perilaku hidup yang kita lakukan. Akhirnya, marilah kita berharap, semoga puasa kita semua adalah puasa yang sempurna: secara ritual ya menahan diri dari lapar dan dahaga dan secara hakiki menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Sekian,-
No comments:
Post a Comment