"Tuhaan... terlaalu cepat semuaaa...Kau panggil satu-satunya yang tersisaaa...Proklamaaator tercintaaa...", kata Iwan Fals dalam salah satu lirik lagunya mengenang kembali kematian Bung Hatta sebagai salah satu dwi-tunggal proklamator Indonesia, yang bagi Iwan--juga tentu bagi kita semua--cukup mengharukan. Kematian memang datang tak pandang bulu atau tak tebang pilih. Dia hadir konsisten menjemput kita saat waktunya tiba. "Gedongana kuncenana, wong mati masa urunga" / "Dibikinkan gedung atau dikunci ( rapat-rapat ), ( tapi yang namanya ) orang mati pastilah terjadi". Sebagai suatu siklus dan takdir kehidupan, kematian akan pasti menghampiri kita semua dimanapun kita berada. Namun aneh bin ajaib, kematian yang sudah jelas-jelas pasti datangnya pada diri kita semua itu, justru "berhadap-hadapan" dengan rasa pe' de' kita yang begitu kuat bahwa kita hidup di dunia ini sepertinya untuk waktu yang selama-lamanya..., tidak akan pernah mati...tidak akan pernah mati... Tapi Tuhan Yang Maha Mengerti, sejak awal, memang mengetahui perasaan sebagian besar hamba-Nya yang seperti itu. Maka dengan kasih-sayangn-Nya, Dia mengingatkan kembali kita semua: "Ainamaa takuunuu yudrikkumulmawtu, walau kuntum fii buruujin musyayyadah. / Dimanapun kamu sekalian berada, kematian itu pastilah akan menemuimu, meskipun kamu berada di dalam benteng yang kokoh ! ". Sekian,-
Sunday, September 10, 2017
Dimanapun kamu sekalian berada, kematian itu pastilah akan menemuimu, meskipun kamu berada di dalam benteng yang kokoh ! ".
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment