Secara umum orang berbuat atau bertindak berdasarkan apa yang diyakini oleh dirinya. Dan orang yang memasuki komunitas-komunitas atau kelompok-kelompok --- apapun namanya-- juga cenderung akan memahami dan meyakini cara berfikir kelompoknyalah yang top markotop paling benar. Kullu hizbin bimaa ladaihim farihuun, sindir Tuhan dalam al-Qur'an. Setiap kelompok merasa bangga dengan apa yang ada di kelompoknya. Cara pandang pribadi maupun kelompok yang subyektif, kerap menutup mata hati kita untuk menerima berbagai kemungkinan kebenaran dari pihak yang lain. Dalam waktu yang relatif lama kita memang hidup dalam budaya pribadi dan komunal yang tidak saling membuka diri. Kebenaran, seperti halnya sebuah benda, seakan menjadi sesuatu yang dipertandingkan dan diperebutkan. Klaim-klaim kebenaran bermunculan saling curiga-mencurigai, saling membenci dan saling menistakan satu sama lain yang siap meletupkan anarkisme berkepanjangan: sebuah tragedi besar kemanusiaan tak berperadaban ! , yang akan "melahap" siapapun yang dianggap berbeda. Di Romadlon yang suci ini, sepatutnyalah kita semua membersihkan keyakinan kita dari anasir-anasir atau unsur-unsur yang dapat membuat diri kita 'ujub ( merasa hebat ) hanya karena kita merasa bahwa kitalah yang paling benar. Alhaqqu min robbika falaa takuunanna minal mumtariin. Kebenaran itu ( sejatinya )berasal dari Tuhanmu ( dari manapun dia berasal). Sebab itu janganlah kamu termasuk orang-orang ragu terhadap kebenaran tersebut ( meskipun berasal dari pihak yang lain ) ! Sekian,-
Secara umum orang berbuat atau bertindak berdasarkan apa yang diyakini oleh dirinya. Dan orang yang memasuki komunitas-komunitas atau kelompok-kelompok --- apapun namanya-- juga cenderung akan memahami dan meyakini cara berfikir kelompoknyalah yang top markotop paling benar. Kullu hizbin bimaa ladaihim farihuun, sindir Tuhan dalam al-Qur'an. Setiap kelompok merasa bangga dengan apa yang ada di kelompoknya. Cara pandang pribadi maupun kelompok yang subyektif, kerap menutup mata hati kita untuk menerima berbagai kemungkinan kebenaran dari pihak yang lain. Dalam waktu yang relatif lama kita memang hidup dalam budaya pribadi dan komunal yang tidak saling membuka diri. Kebenaran, seperti halnya sebuah benda, seakan menjadi sesuatu yang dipertandingkan dan diperebutkan. Klaim-klaim kebenaran bermunculan saling curiga-mencurigai, saling membenci dan saling menistakan satu sama lain yang siap meletupkan anarkisme berkepanjangan: sebuah tragedi besar kemanusiaan tak berperadaban ! , yang akan "melahap" siapapun yang dianggap berbeda. Di Romadlon yang suci ini, sepatutnyalah kita semua membersihkan keyakinan kita dari anasir-anasir atau unsur-unsur yang dapat membuat diri kita 'ujub ( merasa hebat ) hanya karena kita merasa bahwa kitalah yang paling benar. Alhaqqu min robbika falaa takuunanna minal mumtariin. Kebenaran itu ( sejatinya )berasal dari Tuhanmu ( dari manapun dia berasal). Sebab itu janganlah kamu termasuk orang-orang ragu terhadap kebenaran tersebut ( meskipun berasal dari pihak yang lain ) ! Sekian,-
No comments:
Post a Comment