Diam-diam yang namanya "kepepet" ada kaitannya dengan energi positif. Bila dalam keadaan normal kita hanya bisa melompati sungai kecil berukuran lebar 2 meter, maka pada saat kepepet ( misal : dekejar anjing gila ) kita mungkin bisa melompati sungai kecil selebar 4 meter. Dengan demikian betul jika ada istilah "The Power of Kepepet". Situasi darurat sering menimbulkan rasa cemas bagi seseorang yang kecil hati. Tapi bagi mereka yang berlapang dada ia merupakan harta / modal abstrak yang dapat mendorong laju percepatan kesuksesan dirinya. Kita barangkali boleh tak percaya. Tapi, siapa sangka Kemenangan Revolusi Islam Iran di tahun 1979 yang menumbangkan Shah Reza Pahlevi dan mendudukan Imam Khomaeni sebagai pemimpin, justru berawal dari kondisi darurat ( malah lebih tepatnya semakin darurat ) negeri tersebut ?! Siapa pula yang berani mengingkari bahwa keberhasilan Nelson Mandela sebagai seorang revolusioner antiapartheid ( anti pemisahan ras ) telah menempatkannya menjadi presiden Afrika Selatan yang mendapatkan mayoritas dukungan rakyat, lagi-lagi, justru berpangkal dari kondisi darurat negaranya yang semakin mengkhawatirkan ? ! Pemerintah kulit putih di Afrika Selatan saat itu menerapkan pemberlakuan sistem hukum yang membedakan perlakuan antara mereka yang berkulit putih dan mereka yang berkulit hitam. Akibat sistem hukum ini, rakyat yang berkulit hitam menjadi termarginalkan ( terpinggirkan ), semakin terdesak : semakin merasakan kondisi darurat ! Terkait dengan "The Power of kepepet", sengaja kita ambilkan sampel dari 2 tokoh dunia yang berpengaruh itu, untuk menegaskan bahwasanya "energi kepepet", tidak saja mampu memicu semangat juang menyukseskan persoalan-persoalan pribadi, ia bahkan juga berguna menyukseskan agenda perubahan negara setingkat Iran dan Afrika Selatan. Selamat "menikmati" The Power of Kepepet"....! Sekian,-
Saturday, September 9, 2017
"The Power of Kepepet"memicu semangat juang menyukseskan persoalan-persoalan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment