Penamaan atau pembahasaan, memiliki andil yang cukup besar dalam mencitrakan suatu perbuatan maupun peristiwa. Coba saja kita perhatikan, peristiwa gerakan-gerakan Pangeran Diponegoro, Cut Nya Dien, Raden Ajeng Kartini, Panglima Besar Jenderal Sudirman, yang sejatinya semua itu adalah suatu perjuangan luhur, mendadak berubah buruk pencitraannya, manakala pelabelan mereka diberi nama oleh Pemerintah Belanda saat itu. Karena bagi Belanda, semuanya itu bukanlan lah perjuangan, tapi suatu pemberontakan ataupun makar alias upaya-upaya jahat. Contoh lainnya: kita mungkin pula sedang memiliki cita-cita yang luhur atau tinggi, tapi teman kita yang antipati menamakan atau menyebutnya sebagai hayalan. Di saat sejumlah orang bersih keras dengan semangat menggelora melakukan upaya-upaya pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme, sejumlah orang lainnya menyebut dengan sinis hal tersebut sebagai euphoria reformasi. Seorang pemuda sholeh berusaha mendekati dengan baik si-cantik sholehah, tapi pesaing pemuda itu menyebutnya sebagai penggoda wanita. Di bulan romadlon yang penuh kemuliaan ini, karena hidayah dari Tuhan, kita yang carut-marut, bisa jadi mendadak berubah punya tekad positif ingin memperbaiki diri sedapat mungkin, tapi teman-teman kita yang lain menyebutnya sebagai sok suci. Sekali lagi, deretan perbuatan atau peristiwa yang sesungguhnya positif dapat berubah memiliki citra yang negatif gara-gara soal penamaan atau pembahasaan. Akhirul kata, kita semua yang memiliki keyakinan utuh terhadap suatu perbuatan maupun peristiwa yang sesungguhnya positif, jangan pernah terpengaruh dengan penamaan ataupun pembahasaan orang lain yang bersifat apriori, tendensius, politis dan egois. Biarkan anjing menggonggong, kafilah harus tetap berlalu ! Sekian,-
Penamaan atau pembahasaan, memiliki andil yang cukup besar dalam mencitrakan suatu perbuatan maupun peristiwa. Coba saja kita perhatikan, peristiwa gerakan-gerakan Pangeran Diponegoro, Cut Nya Dien, Raden Ajeng Kartini, Panglima Besar Jenderal Sudirman, yang sejatinya semua itu adalah suatu perjuangan luhur, mendadak berubah buruk pencitraannya, manakala pelabelan mereka diberi nama oleh Pemerintah Belanda saat itu. Karena bagi Belanda, semuanya itu bukanlan lah perjuangan, tapi suatu pemberontakan ataupun makar alias upaya-upaya jahat. Contoh lainnya: kita mungkin pula sedang memiliki cita-cita yang luhur atau tinggi, tapi teman kita yang antipati menamakan atau menyebutnya sebagai hayalan. Di saat sejumlah orang bersih keras dengan semangat menggelora melakukan upaya-upaya pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme, sejumlah orang lainnya menyebut dengan sinis hal tersebut sebagai euphoria reformasi. Seorang pemuda sholeh berusaha mendekati dengan baik si-cantik sholehah, tapi pesaing pemuda itu menyebutnya sebagai penggoda wanita. Di bulan romadlon yang penuh kemuliaan ini, karena hidayah dari Tuhan, kita yang carut-marut, bisa jadi mendadak berubah punya tekad positif ingin memperbaiki diri sedapat mungkin, tapi teman-teman kita yang lain menyebutnya sebagai sok suci. Sekali lagi, deretan perbuatan atau peristiwa yang sesungguhnya positif dapat berubah memiliki citra yang negatif gara-gara soal penamaan atau pembahasaan. Akhirul kata, kita semua yang memiliki keyakinan utuh terhadap suatu perbuatan maupun peristiwa yang sesungguhnya positif, jangan pernah terpengaruh dengan penamaan ataupun pembahasaan orang lain yang bersifat apriori, tendensius, politis dan egois. Biarkan anjing menggonggong, kafilah harus tetap berlalu ! Sekian,-
No comments:
Post a Comment