Salah satu syarat berdo'a adalah beretika. Dalam hidup, kita semua
kerapkali menemui kebuntuan dan kita lagi-lagi tersadar bahwa hanya
Tuhanlah yang bisa menyelesaikannya. Setelah itu, lalu kita berdo'a
kepada-Nya siang dan malam....
Do'a dalam konteks antar manusia kurang lebih sama dengan permintaan bantuan kepada orang lain. Permintaan atau permohonan bantuan kepada orang lain melalui pembicaraan langsung dengan termohon mendorong kita berhati-hati untuk sedapat mungkin berlaku etis ( sopan ), agar orang yang kita mohon itu peduli, respon dan akhirnya memenuhi keinginan kita. Di hadapan pihak yang kita minta, kita berlaku sabar. Meski permintaan kita belum direalisasi, kita tetap menunjukkan sopan dan bersikap positif demi merebut simpati pihak yang kita mohon. Kita berbicara kepadanya dengan tutur kata yang tertata bagus, tidak tergopoh-gopoh dan di hadapannya kita menjaga betul tindak-tanduk perbuatan kita. Hal-hal positif itu kita tetap lakukan bahkanpun pada saat termohon pada akhirnya memutuskan belum bisa merealisasakan permohonan kita, karena kita sangat menyadari mungkin di lain waktu dia bisa memenuhi harapan kita. Kalau sampai kita berlaku tidak baik ( bahasa jawa Indramayunya: ngosog atau polosan ), hampir sudah bisa dipastikan, pihak termohon akan besikap cuwek dan antipati !. Kawan sekalian, akhirnya mari kita sadari bersama, kepada manusia saja kalau kita sedang ada keinginan, kita berlaku etis, apalagi bila kita sedang ada keinginan kepada Tuhan. Bedanya kalau etika kepada manusia bisa dengan hanya etika topeng ( pura-pura baik, padahal hatinya menggerutu ), tapi catat ! , etika kepada Tuhan harus lahir dan batin: Ya baik lahirnya dan baik ( ikhlas ) pula hatinya. Oke ?
Do'a dalam konteks antar manusia kurang lebih sama dengan permintaan bantuan kepada orang lain. Permintaan atau permohonan bantuan kepada orang lain melalui pembicaraan langsung dengan termohon mendorong kita berhati-hati untuk sedapat mungkin berlaku etis ( sopan ), agar orang yang kita mohon itu peduli, respon dan akhirnya memenuhi keinginan kita. Di hadapan pihak yang kita minta, kita berlaku sabar. Meski permintaan kita belum direalisasi, kita tetap menunjukkan sopan dan bersikap positif demi merebut simpati pihak yang kita mohon. Kita berbicara kepadanya dengan tutur kata yang tertata bagus, tidak tergopoh-gopoh dan di hadapannya kita menjaga betul tindak-tanduk perbuatan kita. Hal-hal positif itu kita tetap lakukan bahkanpun pada saat termohon pada akhirnya memutuskan belum bisa merealisasakan permohonan kita, karena kita sangat menyadari mungkin di lain waktu dia bisa memenuhi harapan kita. Kalau sampai kita berlaku tidak baik ( bahasa jawa Indramayunya: ngosog atau polosan ), hampir sudah bisa dipastikan, pihak termohon akan besikap cuwek dan antipati !. Kawan sekalian, akhirnya mari kita sadari bersama, kepada manusia saja kalau kita sedang ada keinginan, kita berlaku etis, apalagi bila kita sedang ada keinginan kepada Tuhan. Bedanya kalau etika kepada manusia bisa dengan hanya etika topeng ( pura-pura baik, padahal hatinya menggerutu ), tapi catat ! , etika kepada Tuhan harus lahir dan batin: Ya baik lahirnya dan baik ( ikhlas ) pula hatinya. Oke ?
No comments:
Post a Comment