Harus dibedakan antara FAKTA dan PENJELASAN. Fakta atau kenyataan itu
lebih kaya kandungannya daripada penjelasan. Satu peristiwa akan
sangat mungkin bisa menimbulkan banyak penjelasan. G 30 S / PKI
misalnya, peristiwanya satu, yang terjadi pada bulan September 1965 itu.
Tapi bagaimana peristiwa tersebut dan kronologinya, luar biasa, banyak
versinya. O.G. ROEDER, wartawan senior asal Australia dalam The Smiling
General menyebut Soeharto sebagai sang penyelamat
peristiwa itu. " THE NAME SOEHARTO mean nothing to the world and to
many Indonesians until October 1, 1965. On this day, the life of an
unknown Indonesian soldier, within a couple of hours, turned from
obscurity to fame". ( "Nama Soeharto tidak berarti apa-apa bagi dunia
dan bagi kebanyakan orang Indonesia sebelum tanggal 1 Oktober 1965.
Pada hari itu, kehidupan seorang prajurit yang tidak dikenal, dalam
beberapa jam telah berubah dari keadaan gelap menjadi cemerlang" ).
Sementara itu sejarawan sekaligus peneliti LIPI, Dr. Abdurrachman
Surjomihardjo berkomentar lain: "Pendekatan politisnya sangat menonjol.
Pengumpulan bahan hanya mengutamakan catatan persidangan dalam Mahmilub
( Mahkamah Militer Luar Biasa ). Padahal banyak pelaku sejarah masih
hidup, antara lain Jenderal Nasution dan para tokoh Angkatan 66.
Andaikata mereka ikut dilibatkan, rekonstruksinya pasti bisa lebih
lengkap... ." Jadi kembali ke FAKTA dan PENJELASAN, kesimpulannya
kurang lebih sebagai berikut: FAKTA sebagai kenyataan kongkrit disatu
pihak merupakan sesuatu yang independen / mandiri dan obyektif.
Sementara PENJELASAN, di lain pihak, seringkali besifat dependen /
terpengaruh dan subyektif. PENJELASAN, dengan demikian, boleh jadi
memiliki potensi yang tidak utuh dalam mengungkapkan suatu fakta.
Waspadalah....waspadalah !
Situs Tentang Jejaringan Sosila, Usaha, Berita, Artikel Membangun, Motivasi, Hiburan, Juga Disain Web"Membangun Asset Dan Menciptakan Wirausahawan Yang Mandiri"
No comments:
Post a Comment