Secara tidak terasa kita acapkali memaksakan paradigma berpikir kita
sebagai parameter / ukuran kebenaran. Kita teramat over confidence alias
pe'de' dengan cara pandang kita sendiri. Dan untuk menguatkan pendapat
yang kita yakini, kita memiliki sederet argumentasi. Dimata kita, hanya
argumentasi kitalah yag paling benar. Akibatnya, kita sering menafikan
pihak lain dan mengunggul-unggulkan diri sendiri. Sebagaimana
peribahasa, kita seperti katak dalam tempurung.
Merasa asyik dengan lingkup yang sesungguhnya sempit, dan tidak pernah
tahu hamparan yang begitu luas. Kebenaran yang diyakini manusia
sesungguhnya merupakan hasil dari "persaingan" argumentasi-argumentasi
itu. Mana yang dianggap terasa lebih argumentatif atau lebih logis,
itulah yang dianggap benar. Karena kebenaran manusia adalah kebenaran
argumentatif, maka kualitas kebenarannyapun sangat dipengaruhi oleh
seberapa banyak dan layak argumen-argumen yang dapat dijadikan dasar
untuknya. Akhirnya marilah kita sadari bersama bahwa kompleksitas
persoalan-persoalan hidup dan kehidupan manusia yang terbentang luas di
bumi ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik hanya dengan memakai
cara pandang kita yang sempit. Sebaliknya, persoalan-persoalan yang
kompleks itu baru optimis dapat terselesaikan , manakala kita berbesar
hati untuk menerima berbagai pandangan manusia yang juga beragam, sejauh
pandangan-pandangan itu muncul demi kemaslahatan ummat manusia.
Wawloohu a'lam. Sekian,-
Situs Tentang Jejaringan Sosila, Usaha, Berita, Artikel Membangun, Motivasi, Hiburan, Juga Disain Web"Membangun Asset Dan Menciptakan Wirausahawan Yang Mandiri"
No comments:
Post a Comment