Ads Here

Monday, September 11, 2017

Kebenaran manusia adalah kebenaran argumentatif,

Secara tidak terasa kita acapkali memaksakan paradigma berpikir kita sebagai parameter / ukuran kebenaran. Kita teramat over confidence alias pe'de' dengan cara pandang kita sendiri. Dan untuk menguatkan pendapat yang kita yakini, kita memiliki sederet argumentasi. Dimata kita, hanya argumentasi kitalah yag paling benar. Akibatnya, kita sering menafikan pihak lain dan mengunggul-unggulkan diri sendiri. Sebagaimana peribahasa, kita seperti katak dalam tempurung. Merasa asyik dengan lingkup yang sesungguhnya sempit, dan tidak pernah tahu hamparan yang begitu luas. Kebenaran yang diyakini manusia sesungguhnya merupakan hasil dari "persaingan" argumentasi-argumentasi itu. Mana yang dianggap terasa lebih argumentatif atau lebih logis, itulah yang dianggap benar. Karena kebenaran manusia adalah kebenaran argumentatif, maka kualitas kebenarannyapun sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak dan layak argumen-argumen yang dapat dijadikan dasar untuknya. Akhirnya marilah kita sadari bersama bahwa kompleksitas persoalan-persoalan hidup dan kehidupan manusia yang terbentang luas di bumi ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik hanya dengan memakai cara pandang kita yang sempit. Sebaliknya, persoalan-persoalan yang kompleks itu baru optimis dapat terselesaikan , manakala kita berbesar hati untuk menerima berbagai pandangan manusia yang juga beragam, sejauh pandangan-pandangan itu muncul demi kemaslahatan ummat manusia. Wawloohu a'lam. Sekian,-

No comments:

Post a Comment