Dalam politik tak ada kawan yang abadi. Yang abadi itu kepentingan. Maksudnya kalau kebetulan kepentingannya sama atau ada titik temu, mereka berkawan. Kalau tak ada kepentingan yang yang sama, pertemanannya bubar jalan.
Malah kalau perlu, bermusuhan. Itulah politik. Karena politik itu ideal dalam penjelasan, tapi seringkali tidak dalam praktek. Berpartai itu suatu keniscayaan ( sesuatu yang mesti ), karena negara demokrasi dibangun lewat sistem kepartaian.
Namun proses kompetisi antar partai menunjukkan hal-hal yang tidak diinginkan: curang, provokatif, bombastis ( banyak mengumbar janji ), menistakan yang lain, tendensius, sentimen / rasa kebencian antar partai dan sederet karakter lainnya yang tak layak untuk mengusung dan mewujudkan good governance atau pemerintahan yang baik.
Ini sebagai self-critic / kritik diri sendiri saja, sebab sebagai sebuah bangsa kita acapkali memperlihatkan hal-hal tersebut. Jargon / semboyan politik : "True or wrong is my party / Benar maupun salah itu adalah partai saya", harus dimaknai dengan pemahaman yang baik, yang membuka kemungkinan bagi koreksi pihak lain, demi citra dan kualitas partai yang lebih baik. Bukan sebaliknya: bertindak semau guwe, emosional dan apriori.
Baik, sekarang kesimpulannya gimana ? Sebagai warga negara kita berpolitik atau ga nich ? Ya berpolitik saja ga papa, tapi berpolitiklah yang sebaik-baiknya supaya menghasilkan pemerintahan yang juga sebaik-baiknya. Karena tanpa politik pemerintahan tak akan ada. Dan negara tanpa pemerintahan akan berarti sama dengan: *KEKACAUAN MASSAL.*
Sekian,-
No comments:
Post a Comment