Manusia memiliki cara pandang yang berbeda-beda, bahkan pun dalam memahami hakikat dirinya. "Lah, wong saya mah sekedar masyarakat kecil, ngomong kaya apa juga ga bakal didenger ! ", ungkap sebagian mereka. Satu cara pandang hakikat diri yang melegitimasikan / membenarkan bahwa diri kita memang manusia rendahan yang tidak akan pernah menjadi tinggi dan berarti. Bila cara pandang diri seperti ini kita ikuti dan kita "lestarikan dengan baik", kemudian mendominasi dalam sebuah masyarakat, maka tunggulah saat kehancurannya, karena dapat dibayangkan, potensi kecurangan para pemimpin akan meningkat dan tanpa kontrol sosial yang memadai, mereka dapat saja bertindak semau guwe. Kalau sudah begini hancur dech masyarakat. "Saya sih terserah-terserah saja. Apa sih untungya buat saya? Mau begini ke' mau begitu ke' itu bukan urusan saya. Kita nafsi nafsi / masing-masing aja lah ! ". , tandas sebagian mereka lagi. Inilah cara pandang yang kedua yang merepresentasikan / menggambarkan individualitas manusia, dimana seseorang merasa tidak penting-penting amat menjalin interaksi dan kepedulian sosial. Baginya hidup adalah : aku ! dan bukan orang lain !, ... ... ... ih ngeri amat sih dengernya. Untuuuuung sekali, bahwa diantara sekian banyak cara pandang diri manusia itu, masih banyak juga orang yang berpandanga cukup positif terhadap keberadaan dirinya dan orang lain, sehingga menghasilkan sesuatu yang sinergis bagi kemashlahatan / kebaikan ummat manusia. Eh maaf , aku ngomong terlalu muluk ga sih ? Masukannya dong Baaang ... ... ...
Sekian,-
No comments:
Post a Comment