REUNI & PERSAUDARAAN GLOBAL: SEBUAH HARAPAN Reuni mencerminkan semangat kekeluargaan
yang terbatas di satu pihak, sementara Persaudaraan Global di pihak lain, menggambarkan semangat kekeluargaan di tingkat global. Dua gagasan yang tampaknya kontras ( jauh berbeda ) bagai bumi dan langit. Yang satu gagasan kecil, yang satu lagi gagasan besar. Era Globalisasi telah mengerucutkan dunia bagai sebuah desa atau perkampungan ( Global Village / Desa atau Perkampungan Dunia ), dimana interaksi para pihak, baik secara perorangan maupun kelembagaan, dapat dilakukan dalam waktu cepat, laksana interaksi manusia di suatu desa atau perkampungan. Di sisi lain, seiring berjalannya waktu, pertumbuhan di berbagai bidang, mewarnai kehidupan manusia. Ideologi-ideologi besar dunia pun saling bersinggungan dan bersaing memperebutkan pengaruhnya masing-masing demi mencapai tujuannya sendiri-sendiri. Globalisasi sebagai sebuah proses mengglobalkan ( menduniakan ) sesuatu, telah dan sedang menghadapi rapuhnya kemanusiaan. Pesatnya pertumbuhan fisik berjalan sejajar dengan menurunnya kepeduliaan sosial. "Manusia moderen" telah terjebak dalam kemanjaan ekonomi dan teknologi yang menyebabkan mereka semakin idividual sombong dan pongah. Dan kelihatannya, mereka masih tetap cenderung untuk hanya memperjuangkan keduanya. Nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan sedikit demi sedikit pupus dari ruh kehidupan mereka. Para ilmuwan, cendekiawan, intelektual atau apapun namaya harus segera menyadari pentingnya tatanan dunia baru yang dapat megharmoniskan interaksi manusia di seluruh dunia daam semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Sebuah tatanan dunia yang bukan saja menjadikan mereka seperti warga di sebuah desa atau perkampungan, tapi lebih dari itu, menjadikan mereka seakan satu keluarga dari "rumah" besar bernama Dunia. Mereka berada dalam Global Family atau Keluarga Dunia. Setelah nanti puasa dan lebaran usai, reuni-reuni kecil bermunculan di berbagai tempat. Peristiwa-peistiswa reuni menjadi penanda bagi semangat kekeluargaan di kalangan tertentu, namun mudah-mudahan, sekaligus sebagai pengingat akan pentingnya gelora persaudaraan di kalangan yang lebih luas: gelora kesadaran bersaudara ummat manusia di seluruh dunia ! Sekian,-
yang terbatas di satu pihak, sementara Persaudaraan Global di pihak lain, menggambarkan semangat kekeluargaan di tingkat global. Dua gagasan yang tampaknya kontras ( jauh berbeda ) bagai bumi dan langit. Yang satu gagasan kecil, yang satu lagi gagasan besar. Era Globalisasi telah mengerucutkan dunia bagai sebuah desa atau perkampungan ( Global Village / Desa atau Perkampungan Dunia ), dimana interaksi para pihak, baik secara perorangan maupun kelembagaan, dapat dilakukan dalam waktu cepat, laksana interaksi manusia di suatu desa atau perkampungan. Di sisi lain, seiring berjalannya waktu, pertumbuhan di berbagai bidang, mewarnai kehidupan manusia. Ideologi-ideologi besar dunia pun saling bersinggungan dan bersaing memperebutkan pengaruhnya masing-masing demi mencapai tujuannya sendiri-sendiri. Globalisasi sebagai sebuah proses mengglobalkan ( menduniakan ) sesuatu, telah dan sedang menghadapi rapuhnya kemanusiaan. Pesatnya pertumbuhan fisik berjalan sejajar dengan menurunnya kepeduliaan sosial. "Manusia moderen" telah terjebak dalam kemanjaan ekonomi dan teknologi yang menyebabkan mereka semakin idividual sombong dan pongah. Dan kelihatannya, mereka masih tetap cenderung untuk hanya memperjuangkan keduanya. Nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan sedikit demi sedikit pupus dari ruh kehidupan mereka. Para ilmuwan, cendekiawan, intelektual atau apapun namaya harus segera menyadari pentingnya tatanan dunia baru yang dapat megharmoniskan interaksi manusia di seluruh dunia daam semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Sebuah tatanan dunia yang bukan saja menjadikan mereka seperti warga di sebuah desa atau perkampungan, tapi lebih dari itu, menjadikan mereka seakan satu keluarga dari "rumah" besar bernama Dunia. Mereka berada dalam Global Family atau Keluarga Dunia. Setelah nanti puasa dan lebaran usai, reuni-reuni kecil bermunculan di berbagai tempat. Peristiwa-peistiswa reuni menjadi penanda bagi semangat kekeluargaan di kalangan tertentu, namun mudah-mudahan, sekaligus sebagai pengingat akan pentingnya gelora persaudaraan di kalangan yang lebih luas: gelora kesadaran bersaudara ummat manusia di seluruh dunia ! Sekian,-
No comments:
Post a Comment