Dunia usaha segera menyadari bahwa suksesnya usaha haruslah dimulai
dengan pelayanan yang baik. Kita dapat menyaksikan hal ini dari
perbedaan pasar tradisional dan pasar moderen ( mall-mall /
supermarket-supermarket ). Pasar-pasar tradisional dibuat dengan garapan
kurang maksimal, sehingga di sana-sisi kita melihat sejumlah kelemahan:
jalan pasar becek, tikus-tikus berkeliaran di berbagai kios, bau busuk
dan anyir sampah merebak melintasi hidung para pembeli.
Para penjual pun tidak diberikan karakter pelayanan yang terdidik.
Seperti namanya, pasar ini berjalan secara tradisional. Kondisinya
betul-betul kontras bila kita sejajarkan ( baca: bandingkan ) dengan
pasar moderen. Di supermarket para pembeli diberikan pelayanan yang
cukup optimal dan representatif : tempat parkir yang tertata, kondisi
ruangan yang selalu bersih dan sejuk dan sapaan para pelayan yang
santun-santun. Pasar moderen tak hanya menjadi ajang transaksi
jual-beli, dia kerap menjadi lokasi hiburan, yang juga dianggap tepat
untuk menghilangkan rasa penat yang ada di kepala. Para pengunjung pasar
pun hilir mudik datang berbondog-bondong. Pasar moderen telah mengubah
paradigma prinsip ekonomi lama yang semata-mata menekankan perolehan
keuntungan, menuju pada prinsip yang yang lebih manusiawi: prinsip
pelayanan prima. Para pembeli adalah manusia yang memiliki rasa. Maka
jika mereka diperlakukan dengan baik, merekapun akan memberikan respon
yang baik pula. In ahsantum, ahsantum li anfusikum. Wa in asa'tum
falahaa. Jika anda berbuat baik, maka sesungguhnya ( hasil dari )
perbuatan baik itu akan kembali kepada diri anda. Demikian pula
sebaliknya, jika anda berbuat buruk, maka ( hasil dari ) perbuatan
buruk itu akan juga kembali kepada dirimu sendiri. Sekian,-
Situs Tentang Jejaringan Sosila, Usaha, Berita, Artikel Membangun, Motivasi, Hiburan, Juga Disain Web"Membangun Asset Dan Menciptakan Wirausahawan Yang Mandiri"
No comments:
Post a Comment